Rabu, 09 Desember 2009

Lihat Nasib lewat Tahi Lalat di Wajah


Eva Mendes (kiri) dan Cindy Crawford, dengan tahi lalat yang menurutnya menyeimbangkan bentuk bibirnya yang enggak proporsional.
 
Rabu, 2/12/2009 | 10:19 WIB
KOMPAS.com - Ada orang terlihat cantik dan tampan jika terdapat tahi lalat di wajahnya. Namun, ada juga yang terlihat jelek. Menurut pakar tahi lalat, Zhou Sung Hung, semua itu tergantung letak tahi lalat di wajah. Malah menurutnya, jika terdapat tahi lalat negatif di wajah, harus segera dihilangkan agar nasib orang tersebut terbuka lebar. Mari kita lihat beberapa posisi tahi lalat, dan apa maknanya.

Letak: Hidung, berada di antara mata kiri dan kanan, sejajar dengan bola mata.
Sifat: Negatif
Makna: Ciong suami. Artinya tahi lalat ini membawa sifat jelek dalam diri wanita. Jika dia berumah tangga, akan selalu terjadi selisih paham dengan sang suami. Setiap masukan dari suami akan ditolak oleh wanita ini. Malah wanita ini termasuk kategori pelawan dan tidak menurut terhadap suami.

Letak: Di bawah mata, seperti mengalirnya air mata.
Sifat: Negatif
Makna: Kesedihan. Bagi yang memiliki tahi lalat di bawah mata, dalam keseharian dia akan terus diliputi kesedihan, karena menyerupai air mata. Seperti pasangannya akan direbut oleh orang lain, hingga karier tidak mulus.

Letak: Tepat di atas bibir dan di bawah hidung.
Sifat: Positif
Makna: Panjang umur. Tahi lalat ini membuat kesehatan akan terjaga. Selalu sehat dan panjang umur.

Letak: Di atas bibir sebelah kiri.
Sifat: Positif
Makna: Pandai diskusi. Menurut buku kebijakan Tiongkok, orang yang mempunyai tahi lalat seperti ini mampu mendamaikan orang-orang yang berselisih di sekitarnya, dengan menggunakan ketangkasannya berbicara.

Letak: Di tengah bawah bibir
Sifat: Positif
Makna: Rezeki. Dimana saja orang ini bekerja, rezekinya selalu lancar dan makmur. Baik ketika dia menjadi karyawan di suatu perusahaan maupun membuka bisnis. Bila yang memiliki tahi lalat seperti ini adalah seorang wanita, ia juga akan memperlancar rezeki sang suami.

Letak: Samping kiri hidung bagian bawah
Sifat: Negatif
Makna: Penyakit. Wanita yang mempunyai tahi lalat di sini akan sering sakit.

Letak: Samping bibir sebelah kanan.
Sifat: Negatif
Makna: Rezeki seret. Segera hilangkan tahi lalat di posisi ini, begitu menurut buku kebijakan Tiongkok. Kenapa? Karena akan membawa rezeki seret di keluarga Anda. Semua rezeki selalu terasa kurang.

Letak: Di bawah lubang hidung sebelah kanan.
Sifat: Negatif
Makna: Serakah. Sifat wanita yang mempunyai tahi lalat di sini akan dibenci semua orang. Jarang ada yang mau mendekati dia karena sifat serakahnya. Biasanya wanita ini ingin selalu merebut milik orang lain, segala usaha akan dilakukan.

Letak: Daun telinga kiri sebelah atas.
Sifat: Positif
Makna: Bahagia. Beruntunglah para suami yang istrinya mempunyai tahi lalat di sini. Mereka akan berbahagia.

Letak: Di bawah mata samping kanan.
Sifat: Negatif
Makna: Boros. Tahan belanja dan jangan memegang uang berlebihan. Inilah saran yang paling cocok untuk wanita bertahi lalat di sini. Karena dia sangat hobi menghambur-hamburkan uang.

Letak: Pipi sebelah kiri.
Sifat: Positif/negatif
Makna: Banyak anak. Sifat tahi lalat ini bisa positif, bisa negatif. Jika anak dirawat dan dididik dengan baik, pasti akan membanggakan orangtuanya kelak. Namun sebaliknya, jika tidak bisa mendidik, orangtua akan disusahkan oleh anak-anaknya.

Letak: Pipi dekat telinga sebelah kiri.
Sifat: Positif
Makna: Pintar. Wanita ini sudah pintar sejak lahir. Akan tetapi jika tidak terus diasah maka akan pudar.

Letak: Kening sebelah kanan.
Sifat: Positif/negatif
Makna: Perantau. Dia menyukai jalan-jalan. Tidak heran wanita yang mempunyai tahi lalat di sini selalu merantau. Biasanya, kalau sudah berkeluarga, dia akan menetap di kampung orang lain. Hati-hati, jaga sopan-santun di kampung orang.

Letak: Dagu
Sifat: Positif
Makna: Bintang. Dia akan menjadi pusat perhatian, di mana pun berada. Tahi lalat di dagu biasanya enak dipandang dan disukai banyak orang. Tak heran wanita seperti ini akan menjadi bintang di antara teman-temannya.

Letak: Kening atas.
Sifat: Negatif
Makna: Emosi. Jauh-jauhlah dengan orang yang mempunyai tahi lalat di sini, karena dia gampang emosi. Salah sedikit, dia akan marah.
Nah, terserah Anda percaya atau tidak. Yang pasti, kesuksesan dan kebahagiaan pasti akan diperoleh jika kita mau berusaha, berdoa, dan bekerja keras.

www.kompas.com

Ketika Pihak Ke-3 Mengganggu Aturan Anda



Setiap orang yang akan ada untuk membesarkan si anak harus sepaham dan sekata, agar anak tidak bingung harus mendengarkan siapa.

Rabu, 9/12/2009 | 18:11 WIB
KOMPAS.com - Anda bermasalah dengan mertua atau orangtua dalam mendidik anak? Anda tak sendiri. Hal ini terungkap dalam seminar Nanny Stella, salah satu pengasuh dari serial Nanny 911, yang berlangsung beberapa waktu lalu di JITEC, Mangga Dua Square, Jakarta.

Nanny Stella memiliki pedoman mengasuh anak yang disebutnya 11 Aturan Dasar (11 Commandments). Salah satu aturan dasar tersebut adalah, "Orangtua bekerja sama sebagai satu tim". Dalam hal ini, Nanny Stella menjelaskan, bahwa setiap orang dewasa yang ikut membesarkan dan mengasuh anak harus memiliki pemahaman yang sama. Karena, kalau Anda dan pasangan tidak saling setuju dalam satu hal, anak Anda tidak akan tahu siapa yang harus ia dengarkan. Hasilnya, ia tak akan mendengarkan siapa pun.
Selain orangtua, pihak lain seperti pengasuh, kakek-nenek, atau paman-bibi, juga harus sepakat dengan keputusan Anda. Jangan sampai ada yang memiliki kata-kata yang saling bertolak belakang, karena anak bisa bingung dan malah berakibat buruk baginya.

Namun pada prakteknya, situasi yang terjadi tidak seideal itu. Apa yang harus dilakukan ketika aturan yang Anda terapkan dibantah atau dilanggar oleh pihak ke-3 atau orang-orang di sekitar kita tersebut? Apalagi ketika hal ini berkaitan dengan masalah hubungan usia dan senioritas. Misalnya, kakek-nenek yang merasa lebih tahu dan mengabaikan aturan yang diatur oleh Anda.

Nanny Stella mengatakan, hal ini merupakan masalah kultur. Kultur yang menganggap bahwa orang yang lebih tua selalu lebih tahu, dan seringkali kita terjebak di sana. Nanny Stella mengatakan, "Saya tidak bisa melawan kultur. Namun, kadang tanpa sadar kita menjadikan kultur sebagai alasan untuk membenarkan suatu situasi. Terlepas dari itu, kultur tidak bisa dijadikan alasan untuk bisa membenarkan suatu kebiasaan buruk. Anda sebagai orangtua yang bertanggung jawab penuh atas si anak, sewajarnya lebih tegas menentukan apa yang terbaik untuknya."

Ketika orangtua atau mertua Anda mengabaikan aturan yang sudah Anda terapkan pada anak, Nanny Stella menyarankan untuk berkompromi dengan mereka. Jika mereka adalah pihak yang datang ke rumah Anda, maka sebenarnya hukum, "Rumah saya, aturan saya" sebenarnya bisa berlaku, meski tak bisa dikatakan secara gamblang karena berkaitan dengan sopan-santun. Anda bisa mencoba untuk menerangkan kepada kakek-nenek bahwa cara Anda berbeda dengan ajaran mereka. Anda memang meminta mereka untuk membantu dan mendukung Anda dalam membesarkan si kecil, tetapi Anda lah orangtua yang mengambil keputusan akhir, dan mereka seharusnya mengikuti.

Jika memang terlalu sulit untuk dikomunikasikan, Anda bisa mengatakan bahwa mereka boleh menjadi konsultan, dengan memberikan masukan mengenai cara membesarkan si kecil. Bisa juga dengan mengatakan, "Baik, jika memang Andy belum bisa mengikuti aturan saya, kita coba dengan aturan Bapak atau Ibu. Tetapi kalau tidak berhasil, kita kembali ke aturan saya atau kita buat yang baru, ya?"

Apabila belum terjadi perubahan, disarankan untuk mengajak kakek-nenek membicarakan tentang aturan-aturan tersebut. Jika perlu, ajak mereka untuk memikirkan ulang mengenai aturan-aturan Anda tersebut. Tetapi ketahuilah, bahwa orangtua si kecil adalah Anda, bukan kakek-nenek. Anda lah yang seharusnya lebih banyak tahu mengenai anak Anda.

Nanny Stella menegaskan, membesarkan anak bukan berarti harus membebaskan diri dari kultur, namun Anda sebagai orangtua lebih tahu apa yang diperlukan oleh anak.


www.kompas.com

Selasa, 08 Desember 2009

Pecandu Internet Berisiko Besar Melukai Diri Sendiri


JAKARTA, KOMPAS.com - Remaja yang kecanduan internet punya kemungkinan lebih besar untuk melakukan perbuatan yang membahayakan diri mereka. Demikian hasil studi ilmuwan Australia-China.

Seperti dilaporkan Reuters, pekan lalu para peneliti mengkaji 1.618 remaja berusia 13 sampai 18 tahun dari Provinsi Guangdong di China mengenai perilaku memukul diri, menjambak, mencubit atau membakar diri. Para responden juga diberi tes guna mengukur tingkat kecanduan mereka terhadap internet.

Tes itu mendapati bahwa sebanyak 10 persen siswa yang disurvei kecanduan internet pada tingkat sedang, sementara kurang dari satu persen adalah pecandu berat internet. Kecanduan internet telah dikategorikan sebagai masalah kesehatan mental sejak pertengahan 1990-an dengan gejala yang serupa dengan kecanduan lain.

"Semua siswa yang dikategorikan sebagai kecanduan tingkat sedang terhadap internet, 2,4 kali lipat lebih besar kemungkinannya melukai diri sendiri, satu sampai lima kali dalam 6 bulan belakangan dibandingkan dengan siswa yang tidak kecanduan internet," kata Dr. Lawrence Lam dari University of Notre Dame, Australia dan rekannya dari Sun Yat-Sen University, Guangzhou dalam hasil risetnya.

Mereka mengatakan hasil itu menunjukkan hubungan "yang kuat dan mencolok" antara kecanduan internet dan tindakan melukai diri di kalangan remaja bahkan jika dihitung bersama variabel lain yang berkaitan dengan perilaku seperti depresi, ketidakpuasan pada keluarga, atau peristiwa hidup yang membuat stres. Para peneliti mengatakan hal itu menunjukkan bahwa kecanduan ialah satu faktor risiko terpisah bagi tindakan melukai diri.

Para ahli menafsirkan kecanduan internet antara lain jika ada perasaan depresi, gelisah, dan murung ketika tidak melakukan kegiatan internet. Semua itu baru bisa hilang ketika pecandunya kembali melakukan kegiatan online. Mengkhayal atau terlalu memikirkan kegiatan online adalah tanda lain mengenai kecanduan internet. Meski diakui soal kecanduan internet ini perlu diteliti lebih lanjut.

Selasa, 8 Desember 2009

Komentar:
Zaman globalisasi sekarang ini, internet sudah menjadi kebutuhan pokok bagi umat manusia. Segala kemudahan dalam mengakses informasi atau sekadar menjalin hubungan dengan orang seluruh dunia dapat dilakukan dengan seperangkat komputer lengkap dengan modemnya, atau yang lebih gampang lagi berinternet ria melalui telepon seluler.

Bagi saya pribadi, internet memiliki dua wajah. Yang satu menampilkan sisi positif dan yang lainnya menunjukkan sisi negatif. Wajah itu akan muncul ke permukaan bergantung bagaimana kita menggunakannya.

Tidak ada batasan untuk menilai orang apakah ia masuk kategori pecandu atau tidak. Lalu, bagaimana dengan para facebooker yang hampir bisa dipastikan separuh hidupnya dihabiskan untuk aktif dalam jejaring teman semacam itu? Kenyataannya, orang yang memiliki facebook, friendster, flixter, dan sebagainya tidak akan melewatkan satu harinya untuk tidak membuka situs tersebut. Entah itu sekadar meng-update status, mengomentari status, mengecek pesan, atau chatting dengan teman. Jika demikian, hampir seluruh umat manusia--yang mayoritas mengelola akun facebook--adalah pecandu internet! Apakah manusia-manusia itu bisa dikatakan "SAKIT"- (Jiwa)?

Entah apa ungkapan ini benar atau salah, tapi sejauh ini saya berpendapat bahwa kebenaran --yang diciptakan manusia--itu bersifat relatif. Belum ada kebenaran universal yang disetujui oleh semua negara dan semua lapisan masyarakat.

Bahkan, analisa yang saya kemukakan juga bukan suatu kebenaran jika dilihat dari kaca mata para internet mania.